Ceritanya pagi itu kami dari komunitas sepeda SEMAR berencana
untuk gowes bareng dengan KERR (Kediri Rock Rider) ke Ongakan. Ongakan sendiri
adalah suatu bukit di puncak gunung Kelud, yang bisa dicapai dari arah desa
Besowo kecamatan Kepung Kediri. Belakangan ini, tempat ini cukup menarik
perhatian sebagai destinasi wisata alam yang baru di Kediri. Kondisinya relatif
masih alami dan belum banyak dijamah manusia.
Papan petunjuk arah ke Ongakan |
Terlambat dari rencana semula, kami tiba di desa Besowo sekitar
jam 08.00. Cukup siang, sehingga kami harus bergegas menurunkan sepeda dari
pickup dan truk. Ternyata cukup banyak juga peserta yang ikut dalam event kali
ini. Dari SEMAR ada sekitar 14 orang yang ikut, sedang KERR mengerahkan 24
orang anggotanya. Pun juga, banyak diantara kami yang belum saling mengenal.
Alhamdulillah, dengan adanya kegiatan ini, kami jadi saling mengenal dan
bertambah saudara.
Dari rute awal, kami sudah dikejutkan dengan tanjakan tajam di
tengah desa. Karena tanpa persiapan atau pemanasan sebelumnya, banyak diantara
kami yang berguguran, dan terpaksa menuntun sepeda. Padahal saat itu keringat
pun belum lagi mengalir!
Rute selanjutnya tidak kalah menantang. Setelah melewati
lapangan volley di pinggir desa, kontur jalanan didominasi jalan setapak yang
terus menanjak. Kami juga harus berhati-hati karena kondisi jalan yang
berlobang-lobang karena tergerus air. Namanya juga jalan setapak di gunung,
jangan harap akan selandai jalan makadam, apalagi jalan aspal.
Pos Jaga cagar alam Besowo |
Di Pos Jaga Cagar Alam Besowo, kami berhenti. Hampir semua tersengal
sengal mengatur napas. Keringat mengucur deras, jantung berdetak keras, dan
botol minum pun mulai habis diteguk. Rasanya kami telah menempuh jarak belasan
kilometer. Padahal jika diukur dari pinggir jalan raya Besowo, mungkin baru 1
km yang telah kami tempuh.
Satu persatu, kami melanjutkan perjalanan. Rombongan pun
terpecah. Yang masih kuat segera melanjutkan mengayuh sepedanya, sedang yang
nyaris patah disemangati oleh lainnya. Ditunggu sampai kuat kembali, kata pak
Ketua Semar, mas D.
Namun di sisi lain, tak dapat dipungkiri bahwa pemandangan di
jalur ini sungguh indah. Pohon-pohon tinggi menjulang, diselimuti kabut di
lereng gunung Kelud. Di atas pohon, nampak seekor elang Jawa yang melayang
berputar-putar, mencari mangsa di bawahnya. Aku sendiri nyaris melindas bangkai
burung hantu, yang tergeletak mati di pinggir jalan.
Menunggu teman |
Setelah menempuh separo perjalanan, kami sampai di pinggir hutan
pinus. Tidak tahu apa yang terjadi, tetapi pohon-pohon pinus tersebut seperti
meranggas bekas terbakar. Hitam kelam, tanpa menyisakan dedaunan sedikitpun.
Sehingga yang nampak seperti tonggak kayu yang menjulang ke angkasa.
Meski begitu, yang tersaji malah seperti pemandangan yang
eksotik. Kami berdiri di bawah pohon-pohon pinus yang tegak lurus keatas.
Nuansanya seperti berada di dunia lain. Tenang, dingin, namun penuh misteri.
Lepas dari kumpulan pepohonan pinus, kami memasuki hutan lebat.
Kontur tanah semakin menanjak, dengan lobang-lobang bekas gerusan air yang
semakin dalam. Di hutan ini pepohonan berjenis heterogen. Namun umumnya
berukuran sangat besar dengan ketinggian yang ekstrim. Belum lagi semak belukar
yang cukup rimbun di kiri kanan jalan. Rasanya seperti memasuki dunia pra
sejarah, dengan binatang raksasa semacam dinosaurus.
Kondisi jalan makin lama semakin tidak bersahabat. Tanjakan
semakin tajam, kondisi jalan yang penuh lubang, dan semak belukar yang menjorok
memotong jalan, membuat beberapa teman berjatuhan. Ada yang terperosok di lubang
pinggir jalan, terpeleset oleh pasir dan bebatuan, atau terpaksa berhenti dan
terjatuh, karena teman di depan juga berhenti mendadak.
Yang namanya jatuh itu,….sakitnya gak seberapa. Tapi malunya
itu !
Jurang aliran lahar gunung Kelud |
Bukit Kura Kura |
Sekitar 500 meter dari jalan seberang bukit kura-kura, kami
sampai di Ongakan. Bravoo.....! Pak Yanuar yang menunggangi United Avalanche akhirnya bisa membuktikan sebagai yang pertama sampai di Ongakan. Sehingga ketika yang lain satu persatu memasuki pinggir jurang Ongakan, pak Yanuar bisa senyum-senyum sambil menikmati teh hangat.
Bravoo ! Yang pertama sampai finish |
Dari sini pemandangan luar biasa tersaji di depan kami.
Dinamakan Ongakan, karena untuk melihat jurang di sebelah, kami harus mendongak
(ongak) saking dalamnya. Nun di kejauhan, terlihat air terjun yang mengalir
tenang. Mungkin karena debit air yang kecil, maka pesona air terjunnya tidak
terlalu kelihatan.
Menikmati minuman hangat di warung |
Di tengah-tengah kesenangan menikmati indahnya bukit Ongakan,
kami menerima kabar bahwa ban sepeda pak Rofik teman kami bocor. Wah……!
Di tengah-tengah hutan seperti ini, ban bocor memang terdengar seperti vonis
hukuman berat.
Menjelang tengah hari, kami bersiap siap turun. Kondisi alam
yang semakin gelap berkabut, menandakan hujan akan segera turun. Aku tidak bisa
membayangkan turun dari Ongakan dalam kondisi hujan deras. Betapa tanah gembur
dan lubang dalam di sepanjang jalan tadi akan tertutup air, dan berpotensi
membahayakan bagi siapapun.SEMAR dan KERR |
Terbiasa dengan sepeda hybrid polygon Heist 4, membuat saya agak
kagok menaiki Thrill Ricochet 1.0. Namun di medan offroad seperti ini, sepeda
fullsus dari Thrill tersebut mampu menunjukkan tajinya, terbang melibas ranting
pohon dan bebatuan. Beberapa kali Thrill ini harus melompati pematang, dan
mendarat dengan keras di tanah berbatu. Beruntung, semua itu bisa diredam oleh
fork Rockshock dan X Fushion di rear shocknya. Rem hidrolik di kedua roda juga
bekerja dengan baik, hanya dengan jentikan ringan di ujung jari.
Tidak sampai 20 menit, aku sudah tiba di start awal, di pinggir
jalan desa Besowo. Jika mengingat kami harus bersusah payah selama hampir 2 jam
untuk bisa sampai ke puncak Besowo, rasanya 20 menit tadi seperti sebuah ironi.
Tidak terlalu lama, sebagian besar anggota telah sampai di bawah
dengan selamat. Semua larut dalam suka cita, merasakan sensasi offroad di jalan
downhill. Adrenalin yang terpacu, membuat kami merasakan sensasi luar biasa. Jauh
melebihi yang biasa kami rasakan jika mengayuh pedal di jalan datar.
Belakangan kami sadar, bahwa pak Rofik dan mas Dion masih
tertinggal di belakang. Dari beberapa rekan yang datang belakangan, kami dapat
kabar bahwa ban sepeda pak Rofik bocor lagi. Dalam kondisi seperti itu,
menambal ban sudah tidak mungkin lagi, sehingga harus diganti. Akhirnya salah
seorang rekan, mas Zainul berinisiatif menyusul dengan menggunakan ojek motor.
Alhamdulillah, jam 13.00 semua anggota telah kembali. Sementara
yang lain beristirahat dan menikmati makan siang, yang lain mulai menaikkan
sepeda ke atas truk dan pickup. Dan diiringi hujan deras, pelan-pelan kami
meninggalkan desa Besowo, kembali ke kota Kediri
Bagikan
Jelajah Sepeda bersama SEMAR dan KERR di Ongakan
4/
5
Oleh
Tri Hartanto
7 komentar
Tulis komentarReportase P Tri pancen 'Istiminthuuulll ! ...'
Reply"...tak bisa dinilai dengan uang berapapun."
Replyreview yang bagus,...jadi pengen kesono lagi... :-)
Replygambar terakhir kok muncul dewe to? Opo sing mbahurekso Ongakan wong iku???
ReplyThx utk infonya.. mampir yuk ke http://elementmtb.com/ragam-balap-sepeda-yang-mendunia/
Replynice info, yuk cek web kami
Replythank u information
Replysilahkan masukkan komentar anda disini