Tuesday, October 16, 2018

Sejenak Melepas Penat di Desa Penglipuran


Jika kita bosan menikmati Bali dengan pantai, pantai dan pantainya, tidak ada salahnya jika kita mencoba melihat Bali dari sudut pandang yang berbeda. Bali dengan budayanya, Bali dengan keramahan penduduknya, dan Bali dengan keindahan alam tradisionalnya.

Semua itu bisa kita dapatkan jika kita berkunjung ke desa Penglipuran, sebuah desa wisata yang tersohor akan keindahan, kebersihan, dan keramahan penduduknya.

Jalan utama desa Penglipuran



Ya, desa Penglipuran yang terletak di kelurahan Kubu kec. Bangli kab. Bangli ini memang terkenal dengan keindahan dan kebersihan lingkungannya. Berbagai penghargaan telah disabet desa ini dari berbagai kategori. Desa ini pernah dinobatkan oleh salah satu majalah internasional sebagai desa terbersih ketiga di dunia setelah desa Giethoorn Belanda dan desa Mawlynnong di India. Desa yang pernah meraih penghargaan Kalpataru ini juga kerap diperbincangkan TripAdvisor sebagai The Traveller Choice Destination 2016.




Berbagai penghargaan ini tentu melambungkan nama desa Penglipuran ke seantero negeri. Dampaknya, kunjungan wisatawan pun meningkat pesat dari waktu ke waktu, baik itu wisatawan domestik maupun manca negara.


Total luas desa Penglipuran sendiri sekitar 112 hektar, yang terdiri dari 12 hektar area rumah penduduk, 49 hektar ladang, dan 37 hektar hutan bambu. Di puncak bukit, berdiri Pura Penataran Desa Pekraman Penglipuran, yang menjadi pusat ibadah warga desa. Hutan bambu yang rimbun di utara desa juga menarik untuk dinikmati karena terjaga kebersihan dan keasriannya.

Hutan bambu di belakang desa. Bersih, terawat

Pura Penataran Desa Pekraman Penglipuran

Kapan waktu yang tepat untuk berkunjung ke desa Penglipuran?

Sebenarnya desa Penglipuran terbuka untuk setiap wisatawan, dari pagi sampai sore. Namun tentu keindahan desa akan lebih terasa jika dinikmati pada pagi hari. Di saat matahari belum terlalu tinggi, di saat embun pagi masih menetes di sela sela daun kembang di pinggir jalan desa. Saat ini merupakan golden moment bagi setiap photografer untuk mengabadikan keindahan desa.

Gadis gadis desa bersiap melakukan upacara di pura desa
Jika kita ingin suasana yang lebih dramatis lagi, kita bisa mengunjungi desa ini menjelang hari raya Galungan atau Kuningan. Pada saat ini, suasana desa tampak meriah dengan berbagai hiasan penjor dari janur di setiap gerbang rumah. Penduduk desa juga berpakaian rapi dengan baju adat, mempersiapkan diri dengan berbagai sesajian ke Pura desa.

Anak kecil berangkat ke sekolah dengan seragam baju adat
Lalu apa yang bisa dinikmati di desa Penglipuran?

Banyak. Di desa ini, kita bisa menikmati keindahan desa pada setiap sudutnya. Rumah-rumah dibangun seragam, baik itu bangunan utama, pura keluarga, atau gerbang masuk rumah. Semua sama. Semua bersih. Semua juga menarik. Jalan desa pun bersih dari polusi, karena motor dan mobil milik penduduk diletakkan di tempat tersendiri di belakang rumah dengan jalur masuk yang berbeda.

Pintu gerbang di setiap rumah. Dibuat sama dan identik satu dengan yang lain

Pura keluarga di setiap rumah
Penduduk desa juga ramah dengan setiap wisatawan. Tak segan segan mereka membuka pintu dan menawarkan masuk ke rumahnya. Bahkan ketika kami permisi numpang ke toilet, mereka pun dengan senang hati mempersilahkan masuk toilet rumahnya.

Berbincang akrab dengan warga desa

Aktivitas warga melakukan sembahyang di pura

Beristirahat di belakang rumah warga desa

salah satu sudut rumah warga di belakang rumah. 
Karena terbiasa dengan kunjungan wisatawan, hampir tiap rumah di desa Penglipuran saat ini ikut berjualan. Barang yang dijual bermacam macam. Mulai dari aneka kerajinan, souvenir, cindera mata, hingga makanan minuman ringan. Jika kita sekedar melihat lihat, atau numpang berteduh di serambi rumah, mereka pun tak keberatan.
Warga ikut berjualan aneka souvenir, makanan dan minuman


Bicara soal minuman, ada satu minuman yang khas dari desa ini, yaitu Loloh Cemcem. Minuman ini terbuat dari air degan, sari daun cemcem, ditambah gula dan garam. Rasanya segar, ada manis, ada asem, mungkin sedikit pahit. Menurut saya, rasanya malah mirip asem jawa, tapi sedikit pedas.

menikmati loloh cemceman
Loloh cemcem dikemas dalam botol minuman 600 ml, dan dibandrol seharga Rp. 5.000,. Minuman ini mudah didapatkan di setiap rumah di desa Penglipuran, dipajang bersama dengan aneka cindera mata lainnya.

Di samping kedisiplinan tentang kebersihan, warga desa Penglipuran juga terkenal anti poligami. Jika ada warga yang melanggar pantangan dan melakukan poligami, maka dia akan dihukum secara adat dan ditempatkan di tempat tersendiri yang disebut Karang Memadu. Di samping itu, yang bersangkutan akan terkena sanksi sosial yang cukup berat, yaitu tidak boleh bergabung melaksanakan upacara adat, dilarang masuk pura, dilarang melintasi perempatan desa, dan dikucilkan oleh masyarakat.


Masyarakat setempat memandang Karang Memadu sebagai lahan leteh atau kotor. Masyarakat bahkan tidak boleh mengambil hasil tanaman yang tumbuh di areal itu untuk persembahyangan, seperti pisang dan bunga-bunga.


Menurut cerita, pernah ada seorang warga yang melanggar pantangan tersebut. Pria tersebut awalnya menikah dengan seorang wanita. Namun karena tidak punya anak, maka dia menikah lagi dengan wanita lain, tanpa menceraikan istri pertama. Warga desa pun berinisiatif membuatkan gubug di tengah Karang Memadu, sebagai tempat tinggal bagi keluarga tersebut. Laki-laki dan istri istri berikut keturunannya hanya boleh tinggal di tempat tersebut. Merasa tidak kuat dikucilkan, lelaki itu pindah ke desa sebelah sampai akhirnya salah satu istrinya bersedia diceraikan.

Awig-awig atau hukum adat yang mengatur sanksi masyarakat berpoligami tertuang dalam Awig-awig Desa Pekraman Penglipuran tertanggal 19 Agustus 1989, pada bab kelima (Sat Sargah), bagian pertama (Palet 1), mengatur Indik Pawiwiwahan.


Bagikan

Jangan lewatkan

Sejenak Melepas Penat di Desa Penglipuran
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.

6 komentar

Tulis komentar
avatar
ary
October 16, 2018 at 8:00 AM

Iki acara english outing TBI IAIN Kediri tow....

Reply
avatar
October 16, 2018 at 9:23 AM

waduh, fotone sampyan gak masuk ya om? Kelewatan..... :D

Reply
avatar
October 16, 2018 at 9:24 AM

wah, sayang bu ari gak ikut kemarin ya?!. Tumben....

Reply
avatar
December 3, 2018 at 8:01 AM

saya pernah berlibur kesana dan memang tempatnya indah sekali, Sedot WC Kediri

Reply

silahkan masukkan komentar anda disini