Rute gowes kali ini agak istimewa, menelusuri Perkebunan
Djengkol, di wilayah timur Kabupaten Kediri. Daerah ini secara geografis berada
di perbatasan Kecamatan Plosoklaten dan Kecamatan Wates Kabupaten Kediri.
Berada di kaki gunung Kelud, dengan kondisi topografi dominan perkebunan dan
sawah penduduk.
Gerbang Masuk Perkebunan Djengkol |
Anggota yang ikut kali ini tidak selengkap biasanya.
Beberapa orang absen karena sakit atau alasan lainnya. Sehingga komposisi yang
ada cuma diisi saya, pak Rudi, pak Rois, pak Yanuar, mas Hamim, pak Box, dan
mas Munir.
Awal perjalanan cukup menyenangkan. Rute yang dipilih adalah
jalan-jalan desa, yang nyaris tersembunyi dari jalan umum. Beberapa kali kami
harus mengalah saat berpapasan dengan orang lain, karena sempitnya jalan.
Termasuk ketika kami harus melalui jembatan kecil diatas waduk sungai desa.
Beristirahat di dam kecil |
Setelah sekitar satu jam bersepeda, kami memasuki perkebunan
Djengkol dari arah belakang. Wilayah Djengkol ini telah dikenal sebagai salah
satu lembaran hitam sejarah Republik Indonesia. Di tempat ini, puluhan tahun
yang lalu dikenal adanya “PERISTIWA DJENGKOL”, berupa pembantaian massal para
pengikut, simpatisan, atau pun yang hanya difitnah ikut PKI.
Di Depan Penelitian Gula Perkebunan Djengkol |
Menurut versi pemerintah, peristiwa Djengkol didalangi oleh
PKI (Partai Komunis Indonesia) yang memprovokasi Barisan Tani Indonesia (BTI),
sebuah organisasi underbouw PKI. Karena peristiwa itu, banyak simpatisan PKI
diciduk, ditahan, dan bahkan dibunuh di tempat ini. Termasuk pula mereka yang
tidak tahu menahu, hanya kebetulan saja berada di tempat itu, ikut pula
dibunuh.
“Saya kesini cuma antar minuman dan pisang goreng. Kenapa saya ikut dibunuh. Saya tidak tahu apa apa. Rasanya sakiitt….”
cuplikan manuskrip Mr Tukul Jalan-jalan: Tragedi Pembantaian PKI Kediri https://www.youtube.com/watch?v=nR4HmQ0nvho
Peristiwa Djengkol ini juga yang banyak diulas dalam
Desertasi Hermawan Sulistyo, peneliti senior LIPI, untuk meraih gelar Doktornya
dari Department of History, Arizona State University, USA. Tulisan mana
kemudian diterbitkan menjadi sebuah buku berjudul PALU ARIT DI LADANG TEBU.
Menyusuri jalan jalan di Perkebunan Djengkol |
Sejak memasuki gerbang Perkebunan Djengkol, suasana wingit
sudah terasa. Pohon-pohon yang menjulang tinggi, rumah-rumah tua bergaya
Belanda, termasuk keberadaan sebuah rumah tua yang jadi lokasi pembantaian PKI,
turut membuat suasana menjadi mencekam. Rumah yang konon dibangun Belanda sejak
tahun 1800 itu telah beberapa kali mengalami perbaikan, sebelum akhirnya
digunakan sebagai markas PKI dan menjadi saksi bisu pembantaian massal.
Di Tengah Hutan Perkebunan Djengkol |
Pak Rois yang sejak semula sudah merasakan “aroma” yang
lain, mulai merasa gelisah.
“Seperti ada yang memanggil manggil, hooiii…….jangan kesitu!”,
katanya.
Tanpa sadar, bulu kuduk pak Rois berdiri.
Di sebuah kolam, kami sempat berhenti sebentar. Foto-foto,
dan mencoba bersepeda ke pulau di tengah kolam. Tanpa kami sadari, beberapa
petani yang sedang menggarap sawah berhenti melakukan aktivitasnya, dan
memandang aneh kepada kami. Sempat aku dengar seorang dari mereka berteriak
melarang kami, dan meminta kami pergi dari tempat itu.
Kolam di tengah Perkebunan Djengkol |
Tak ingin menambah masalah, kami segera bergeser ke tempat
lain. Baru berjalan beberapa meter, mas Box berteriak,
“Hooii….berhenti. Ada
pohon besar. Yuk poto-poto di situ…”
Aku menoleh. Sadar yang dimaksud adalah sebuah pohon
beringin besar di kiri jalan, aku pura-pura tidak mendengar, dan terus mengayuh
sepedaku. Tidak banyak yang tahu, bahwa pohon beringin itu dikenal sebagai
salah satu sumber mistis di perkebunan Djengkol, selain rumah pembantaian PKI.
Berfoto di samping pohon Beringin besar |
Menurut kepercayaan masyarakat sekitar, di pohon itu hidup ular besar dengan
puluhan anak-anaknya, wanita berambut merah, dan aneka mahluk astral lainnya.
Namun begitu, kami sempat berhenti di depan rumah
pembantaian untuk berfoto bersama, meskipun dari jauh. Tidak ada yang berani
mendekat, untuk sekedar melihat dari luar. Kondisi fisik bangunan yang
ditumbuhi rumput liar cukup membuat orang berpikir dua kali untuk masuk.
Foto di depan Rumah Pembantaian PKI |
Konon kabarnya, di sudut dapur rumah tersebut, puluhan
anggota Gerwani dibantai oleh sekelompok massa yang beringas.
Perempuan-perempuan yang tersudut tersebut hanya pasrah menjemput maut tanpa
bisa melarikan diri. Sementara di halaman depan, puluhan laki-laki hanya
terduduk dengan tangan terikat di belakang, untuk kemudian dipenggal lehernya.
Mayat-mayat mereka kemudian dibuang di sungai Brantas, atau di pendam di sebuah
lubang yang menjadi kuburan masal.
Lokasi ini juga pernah dijadikan Uji Nyali MrTukul Jalan-jalan: Tragedi Pembantaian PKI-Kediri, di https://www.youtube.com/watch?v=nR4HmQ0nvho
Matahari semakin terik memancarkan sinarnya. Dan kami pun
berlalu meninggalkan tempat itu. Berbeda dengan saat berangkat, tak banyak yang
kami perbincangkan. Kami lebih banyak terdiam, bergolak dengan pikiran kami
masing-masing.
Bagikan
Menjemput Mistis di Perkebunan Djengkol Kediri
4/
5
Oleh
Tri Hartanto
9 komentar
Tulis komentarHiiii......tapi pengen kesonoo... :)
Replysip pak, jadi penegn bergabung..
Replyp.trie emang juara !!
ReplyTerima kasih semuanya, yg telah sudi mampir disini.
ReplyKetemu lagi di journey selanjutnya ya....
tapi emang beda rasanya, suasana teduh tapi hawanya terasa kurang segar,...
ReplyHiiii......q malah tambah pingin ke sana, ayo kembali lagi rek....
ReplyPantes kalau lewat situ aku merinding
ReplyBaru minggu kemaren saya dan keluarga menginap dan mengikuti lomba yang diadakan oleh pabrik tebu dalam rangka buka giling dan kami d tempatkan di salah satu rumah peninggalan belanda yang berada disana. Dan memang suasana dan hawa dilokasi tidak seperti perkampungan biasa
Replysilahkan masukkan komentar anda disini