Semasa masih SD atau SMP dulu,kita tentu sering mendengar
tentang Gurindam 12, Raji Ali Haji, Pulau Penyengat, dan kerajaan Melayu.
Ingatan tersebut begitu membekas, sehingga selalu saja timbul keinginan, kapan
ya bisa kesana...
|
Pulau Penyengat |
Pulau Penyengat sendiri adalah sebuah pulau kecil di wilayah
kota Tanjung Pinang Propinsi Kepulauan Riau. Luasnya kurang lebih 2 km persegi.
Dahulu pulau ini menjadi jujugan nelayan untuk mengambil air tawar. Karena saat
itu banyak terdapat serangga yang menyengat, maka pulau itu lalu lebih dikenal
dengan nama Pulau Penyengat.
|
Pintu gerbang pulau Penyengat di dermaga |
Untuk menuju Pulau Penyengat cukup mudah. Kita bisa naik
perahu pompong dari Pelabuhan Sri Bintan di Tanjung Pinang. Tarifnya Rp. 7.000
per orang sekali jalan, atau Rp 5.000 untuk penduduk lokal. Perahu akan jalan
jika penumpang sudah ada 15 orang. Namun jika tidak sabar menunggu, dengan Rp
100.000 perahu akan bisa kita carter walau hanya terisi 1 orang.
|
Perahu Pompong, sarana transportasi dari Tanjung Pinang ke pulau Penyengat |
|
Dermaga Pulau Penyengat |
|
Loket pembelian tiket perahu Pompong di Pulau Penyengat |
Untuk mengelilingi Pulau Penyengat, kita bisa naik becak
motor. Angkutan ini biasanya mangkal di pertigaan depan Masjid Raya Sultan Riau
Penyengat. Tarifnya Rp. 30.000 per jam. Pengemudi becak yang merangkap sebagai
guide ini nanti akan mengantar kita berkeliling mengunjungi situs situs
penting. Jadi yang tidak mau repot jalan kaki, atau repot membuka google untuk
referensi sejarah, bisa memakai jasa becak motor ini.
|
Becak Motor, sarana transportasi di pulau Penyengat, mangkal di perempatan jalan |
|
Balai Kelurahan dan Penginapan di depan Masjid Raya Sultan Riau Penyengat |
Alternatif transportasi lainnya adalah sepeda. Tarifnya murah.
Dengan membayar Rp. 10.000/ jam, kita
bisa berkeliling pulau sambil mengayuh sepeda. Dijamin tidak akan capek, karena
luas pulau yang tidak terlalu lebar.
|
Jalan setapak di pulau Penyengat |
|
Jalan utama di pulau Penyengat. Kecil dan sederhana, karena tidak ada mobil disini |
|
Rumah Penduduk di Pulau Penyengat |
Saya sendiri memilih untuk berjalan kaki. Selain lebih
leluasa, juga lebih bebas memilih situs mana yang mau dikunjungi lebih dahulu.
Atau mana yang di skip, lalu lanjut ke tempat lainnya.
|
Pintu gerbang Balai Adat Pulau Penyengat |
Hanya saja jalan kaki menuntut fisik yang bugar. Dalam kondisi
cuaca tropis yang panas, baju dengan cepat bisa jadi basah kuyup oleh keringat.
Sementara di sisi lain, kita dituntut untuk mandiri mencari referensi di
internet tentang artefak dan situs yang kita kunjungi.
|
Petunjuk arah di perempatan jalan utama |
Di pulau penyengat sendiri ada banyak situs, makam, atau
tempat bersejarah yang bisa kita kunjungi. Ada yang kondisinya tinggal puing,
ada yang masih utuh tapi tak terurus. Ada juga peninggalan yang masih utuh dan
tetap dipakai oleh masyarakat sekitar. Semua menawarkan sensasi sejarah dan
warisan masa lalu.
|
Balai adat Pulau Penyengat. Ada sumur tua di dekat bangunan ini, tempat nelayan dulu mengambil air tawar |
Dengan begitu banyaknya peninggalan sejarah dan artefak di
pulau Penyengat, maka tak heran jika pulau Penyengat juga diusulkan sebagai
salah satu warisan budaya dunia (world culture heritage) pada tahun 2016. Hanya
sayangnya, sampai tahun 2019 kemarin usulan tersebut masih masuk dalam daftar
tunggu di UNESCO.
|
Penyengat for World Heritage |
Ada banyak situs bersejarah, makam, dan warisan leluhur yang
menjadi cagar budaya di pulau ini. Kita bisa mengunjungi makam Raja Ali Haji
yang terletak satu kompleks dengan makam Engku Putri Hamidah, Raja Ahmad, Raja
Abdullah, dan Raja Aisyah.
Raja Ali Haji adalah anak dari Raja Ahmad dan cucu dari Raja Haji Fisabilillah. Beliau
adalah pujangga kerajaan yang banyak menghasilkan karya bermutu, antara lain
Gurindam Dua Belas, Bustanul Katibin, dan Syair Sultan Abdul Muluk. Raja Ali
Haji adalah peletak dasar pertama tata bahasa Melayu melalui buku Pedoman
Bahasa yang ditulis pada tahun 1885-1886. Bahasa Melayu standar inilah yang kemudian
ditetapkan sebagai bahasa nasional atau bahasa Indonesia dalam Konggres Pemuda
28 Oktober 1928.
|
Perigi suluk, sumur tua peninggalan keluarga kerajaan Melayu Riau |
Selain kompleks makam Raja Ali Haji, tempat lain yang cukup
penting adalah makam Raja Haji Fisabilillah. Makam ini terletak di atas bukit,
sebelah SMPN 9 Tanjung Pinang. Raja Haji Fisabilillah adalah Pahlawan Nasional
karena perjuangannya melawan Belanda tahun 1784 di Melaka.
|
Kompleks makam Raja Haji Fisabilillah |
|
Makam Raja Haji Fisabilillah |
|
Penanda makam sang pahlawan nasional |
Salah satu peninggalan sejarah yang cukup penting adalah
benteng Bukit Kursi. Benteng ini dibangun pada abad ke 18 yakni pada tahun 1782
pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Riayatsyah dan Raja Haji Fisabilillah.
Ketika pecah perang antara kerajaan Riau Johor melawan Belanda, benteng ini
menjadi salah tau benteng pertahanan yang utama yang menjaga setiap kapal yang
akan masuk ke pusat kerajaan Riau Johor di hulu Sungai Riau.
|
Pintu masuk benteng Bukit Kursi |
|
Benteng Bukit Kursi |
|
Pemandangan laut lepas dari atas Benteng Bukit Kursi |
Pada masa kerajaan Melayu Riau, benteng ini dilengkapi
dengan 80 meriam yang ditempatkan di tempat tempat strategis di dalam benteng. Meriam
meriam tersebut didatangkan langsung dari Eropa Di samping itu, di sekeliling
benteng juga diperkuat dengan parit pertahanan sedalam 2 meter. Parit yang
menghubungkan lokasi meriam ini berfungsi untuk menyuplai mesiu dan peluru.
|
Meriam Peninggalan Kerajaan Melayu di atas Bukit Kursi |
|
Meriam yang tersisa di salah satu sudut benteng |
|
Meriam yang tersisa dari 80 unit yang dulu didatangkan dari Eropa |
Ketika kerajaan Melayu Riau dikuasai Belanda, banyak dari
meriam tersebut yang dirampas Belanda dan dijual di Temasek sebagai barang
rongsokan. Karena itu tidak heran jika saat ini meriam yang tersisa hanya
tinggal beberapa saja.
Di pulau Penyengat dahulu ada tiga benteng pertahanan. Namun
yang paling besar dan strategis adalah benteng Bukit Kursi. Entah kenapa
dinamakan demikian. Lokasinya diatas pasar Warisan dan makam raja Aburrahman
Yang Dipertuan Muda VII.
|
Kompleks makam Raja Abdurrahman Yang Dipertuan Muda Riau VII |
|
Kompleks makam Raja Abdurrahman dilihat dari arah pasar Warisan |
Bicara soal pasar Warisan, sesuai dengan namanya, tempat ini
adalah tempat penduduk setempat berjual beli. Konsepnya lebih mirip pasar
wisata, yang hanya buka pada hari Minggu saja. Jika anda berkunjung selain hari
Minggu, maka tempat ini terkesan sepi, suram, kotor, dan sedikit menyeramkan. Maklum
saja lokasinya dikelilingi oleh makam dan tempat-tempat wingit.
|
Pintu masuk pasar Warisan dari arah makam raja Abdurrahman |
|
Pasar Warisan yang sepi jika tidak sedang buka |
Satu peninggalan penting yang masih utuh lainnya adalah
Gedung Mesiu, atau oleh masyarakat sekitar dikenal sebagai gudang Obat Bedil. Letaknya
tidak jauh dari benteng Bukit Kursi, sekitar 50 meter di bawah benteng. Dari
gedung tua yang terletak di bawah makam raja Abdurrahman ini, mesiu disupplai
ke benteng Bukit Kursi.
|
Gudang Mesiu, peninggalan masa Raja Abdurrahman tahun 1832 |
Situs lain yang relatif masih utuh adalah Istana Raja Ali Marhum atau yang lebih dikenal sebagai Istana Kantor. Istana ini adalah bekas kediaman istana Raja Ali Marhum Kantor atau Raja Ali Yang Dipertuan Muda Riau VIII (1844 - 1857 M). Selain berfungsi sebagai istana, juga berfungsi sebagai kantor. Lokasi istana yang sepi dan jauh dari pemukiman membuat tempat ini terasa agak wingit. Tak heran jika lokasi ini pernah dijadikan lokasi uji nyali oleh program Tukul Jalan-jalan.
|
Pintu gerbang Istana Kantor, peninggalan raja Ali Yang Dipertuan Muda Riau VIII tahun 1844 |
|
Pelataran Istana Kantor yang relatif masih terawat |
|
Istana Kantor dilihat dari arah samping |
Dari semua situs, artefak, maupun petilasan cagar budaya di
pulau Penyengat, yang paling menarik tentu Masjid Raya Sultan Riau Penyengat.
Masjid yang terletak di pintu dermaga penyeberangan ini dibangun pada tahun 1832
pada pasa pemerintahan Raja Abdurrahman Yang Dipertuan Muda VII, Sultan
kerajaan Riau Lingga. Menurut cerita, masjid ini dibangun dari putih telur dan
tanah liat sebagai pengganti semen. Warna masjid kuning cerah dengan ornamen
hijau, tampak mencolok dibanding rumah-rumah penduduk di sekitarnya.
|
Masjid Raya Sultan Riau pulau Penyengat, dibangun tahun 1832 |
|
Masjid raya yang dibangun menggunakan putih telur dan tanah liat |
|
Pelataran masjid dan bangunan pelengkapnya |
|
Pintu gerbang masjid dan menaranya |
Jika kita masuk ke dalam masjid yang berusia ratusan tahun
ini, kita akan menjumpai sebuah mushaf Al Qur’an yang ditulis tangan. Al Qur’an
kuno ini ditulis oleh Abdurrahman Stambul, putra asli Penyengat pada tahun
1867. Saat ini, mushaf ini dipamerkan di kotak kaca depan pintu masjid.
Mimbar utama masjid terbuat dari kayu jati, yang didatangkan
langsung dari Jepara. Di dekat mimbar ini juga ada sepiring pasir yang konon
dibawa oleh Raja Ahmad Engku Haji Tua dari Mekkah pada tahun 1820. Artefak
antik yang lainnya adalah permadani dari Turki dan lampu kristal hadiah dari
kerajaan Prusia pada tahun 1860-an.
|
Al Quran tulisan tangan kuno, yang ditulis tahun 1867 |
|
Mihrab terbuat dari kayu jati dari Jepara |
|
Karpet, lampu kristal dan ornamen di mihrab masjid |
Ciri khas masjid ini terdapat pada kubahnya yang berjumlah
tiga belas dan empat menara. Jika dijumlah akan menunjuk pada angka 17. Hal ini
dapat diartikan pada jumlah rakaat yang harus ditunaikan umat Islam dalam
sholat setiap hari.
|
Menara masjid |
|
Makam di belakang masjid |
Pada akhirnya, jika pengunjung merasa capek berkeliling
pulau dan ingin beristirahat, tersedia penginapan dengan 7 kamar di depan
masjid. Penginapan tersebut dikelola oleh Takmir Masjid, yang artinya sebagian
keuntungan nanti akan masuk ke dalam kas masjid.
|
Penginapan dan becak motor yang mangkal di depan masjid |
|
Pusat oleh oleh di jalan arah Balai Adat Pulau Penyengat |
Bagikan
Pulau Penyengat, Sekali Seumur Hidup, Sempatkanlah Berkunjung Kesini........
4/
5
Oleh
Tri Hartanto
3 komentar
Tulis komentaroleh2 nya mana pak kaji ?? kikiki...
ReplySudah habis. Hahahaa. .
ReplyMasyaAllah masih semangat ngeblog bapak ☺
Replysilahkan masukkan komentar anda disini