|
Pulau Angso Duo |
Meskipun saya terhitung penggemar kereta api, namun pengalaman ber-kereta api saya masih terbatas di pulau Jawa. Dan Madura. Dan sedikit merasakan atmosfir kereta di sekitar Hejaz Madinah, saat berkesempatan untuk berkunjung di sela sela ritual umroh tahun lalu. Di luar itu, saya benar benar newbie di bidang kereta api.
Namun apa jadinya jika bisa berkunjung ke suatu daerah dan menikmati liukan kereta api, bonus wisata di pulau yang eksotik?
Story kali ini berkisah tentang perjalanan kereta api Sibinuang dan berkunjung ke Pulau Angso Duo, di Padang dan Pariaman, Sumatera Barat.
Awal Juli 2018 kemarin, saya mendapat tugas ke Padang. Di sela sela acara, saya bela belain untuk berkunjung ke stasiun Simpang Haru. Stasiun ini sendiri adalah stasiun kereta terbesar di Padang. Dari sini berangkat kereta lokal Sibinuang, yang menghubungkan Padang dan Pariaman. Ada juga kereta Minangkabau Ekspress, sebuah kereta bandara yang menghubungkan BIM (Bandara Internasional Minangkabau) dan kota Padang. Di luar itu, kadang lewat kereta barang pengangkut semen di Indarung.
|
Suasana stasiun Simpang Haru Padang |
|
KA Sibinuang stabling di emplasemen stasiun Pariaman |
|
Jadwal pejalanan kereta Sibinuang |
|
Kereta Minangkabau Ekspres stabling di emplasemen stasiun BIM |
|
Interior kereta Minangkabau Ekspres |
|
Jadwal Perjalanan KA Minangkabau Ekspres |
Pagi itu saya begitu menikmati perjalanan kereta Sibinuang. Kereta lokal yang ditarik oleh lokomotif legendaris, BB303 78 71. Dengan tiket seharga 5 ribu, maka penumpang bisa menaiki kereta yang menghubungkan kota Padang dan kota Pariaman sejauh 56 km. Sangat murah, sangat terjangkau. Tak heran, jika kereta yang berjalan 4 kali sehari ini selalu penuh penumpang. Yang tidak kebagian tempat duduk pun rela berdiri, asal masih bisa diangkut.
Untuk menuju ke Pariaman, kereta melewati beberapa stasiun kecil. Bermula dari stasiun Simpang Haru, Alai, Air Tawar, Tabing, Lubuk Buaya, Duku, Lubuk Alung, Pauh Kambar, Kurai Tadji, dan berakhir di Pariaman. Di stasiun Duku, ada percabangan rel ke arah bandara bagi kereta Minangkabau Ekspress. Sedangkan di stasiun Lubuk Alung, ada percabangan rel ke Kayutanam, lanjut ke Bukittinggi.
|
Interior kereta Sibinuang |
Pemandangan sepanjang perjalanan luar biasa indah. Rel berkelok kelok menyusuri kaki perbukitan, mengikuti kelok jalan raya di sampingnya. Bagi penggemar fotografi kereta, spot ini surganya. Perpaduan antara rel, lembah dengan perbukitan yang terjal, dan ombak laut dengan beberapa pulau kecil di kejauhan.
|
Stasiun Pariaman |
Setelah melewati stasiun Kurai Tadji, kereta segera memasuki kota Pariaman. Stasiun di pinggir pantai ini adalah akhir perjalanan kereta Sibinuang. Meskipun jalur rel masih memanjang sampai ke stasiun Naras, namun sampai sekarang jalur itu masih dalam tahap revitalisasi.
|
Sudut Stasiun Pariaman |
Kota Pariaman yang berjuluk Sabiduak Sadayuang ini diluar dugaan saya ternyata cukup indah. Pengunjung yang turun dari kereta langsung disuguhi pemandangan pantai yang menawan, pantai Gandoriah. Area pantai ini dilengkapi dengan aneka jajanan khas pantai, area bermain anak, perpustakaan, pujasera, dan masjid yang cukup besar. Makanan favorit disini tentu saja Sala Lauak, sejenis kudapan ringan berbahan ikan laut dan tepung beras.
|
Gerbang pantai Gandoriah di seberang stasiun Pariaman |
Di samping itu, di dekat muara sungai terdapat monumen perjuangan TNI Angkatan Laut. Monumen ini sebagai penanda, bahwa di tempat ini dulu pernah menjadi markas pangkalan TNI angkatan laut yang pertama di Indonesia. Diresmikan tahun 2017 oleh KASAL Laksamana TNI Ade Sopandi, monumen seluas 600 meter persegi ini dilengkapi dengan meriam Howitzer M30 122 mm, tank amfibi PT-76, dan meriam KRI Teluk Tomini 508.
|
Monumen Perjuangan TNI Angkatan Laut |
Tapi tentu saja daya tarik utama dari pantai Gandoriah adalah pulau pulau di sekitarnya. Ada 6 pulau kecil tak berpenghuni yang terus dikembangkan oleh pemkot Pariaman sebagai destinasi wisata bahari.Enam pulau tersebut adalah pulau Angso Duo, pulau Bando, pulau Gosong, pulau Tangah, Pulau Ujuang, dan Pulau Kasiak.
|
Jembatan Gandoriah |
|
Perahu di dermaga Gandoriah |
Pengunjung yang ingin berwisata bahari bisa berkunjung ke Pulau Angso Duo. Pulau ini relatif paling dekat dengan daratan kota Pariaman, sekaligus yang paling tertata aspek wisatanya. Cara untuk kesana adalah dengan menaiki perahu dengan biaya 40 ribu per orang. Harga tersebut untuk berangkat dan pulangnya sekaligus.
|
Perahu di dermaga Gandoriah |
Perahu yang menyeberang ke Pulau Angso Duo tersedia di muara sungai Batang, di dekat jembatan Gandoriah.Di samping itu, perahu yang sama bisa didapatkan juga di dermaga Gandoriah, dengan tarif yang sama. Satu perahu bisa muat sampai 20 orang dengan waktu tempuh sekitar 15 menit.
|
Dermaga Penyeberangan perahu ke Angso Duo |
|
Pulau Angso Duo di kejauhan |
Pulau Angso Duo sebenarnya hanyalah pulau kosong yang kecil. Luasnya pun hanya 5,3 ha. Jika dikelilingi dengan berjalan kaki, maka tak sampai 30 menit telah selesai. Namun pesona pantainya yang menawan telah membuat banyak orang jatuh hati dan berlama lama bermain ombak di bibir pantainya.
|
Pulau Angso Duo |
|
Dermaga Pulau Angso Duo |
|
Dermaga Pulau Angso Duo |
Apa saja yang bisa dilakukan di Pantai Angso Duo? Banyak.
Pengunjung bisa melakukan snorkling dan diving di pantai yang jernih dan dangkal. Wahana banana boat dan flying fish juga tersedia untuk uji adrenalin. Spot untuk foto selfie dan pre wedding juga disediakan dengan membayar uang 5 ribu. Bagi penyuka fotografi serius, Pulau Angso Duo adalah surganya. Tidak perlu menggunakan DSLR, cukup dengan kamera hape pun bisa dihasilkan karya fotografi yang menawan.
Namun bagi yang tidak menyukai aneka ragam wahana, Pulau Angso Duo pun bisa dinikmati dengan sekedar duduk di pinggir pantai. Merasakan semilir angin dan gemericik ombak di kaki. Menikmati indahnya sunset atau sunrise hanya masalah waktu, karena Pulau Angso Duo menyediakan semua tempatnya.
Di balik hiruk pikuk wisata dan wahana bahari, di tengah pulau terdapat makam keramat Syekh Katik Sangko. Makam yang terletak di sebelah musholla ini panjangnya mencapai 6 meter, dan ditutupi kain putih. Karena makam yang disucikan inilah, maka turis asing tidak diperkenankan datang ke Pulau Angso Duo, dan diarahkan ke Pulau Tangah jika ingin berwisata.
|
Makam Syekh Katik Sangko |
|
Musholla di tengah Pulau |
Untuk menikmati keelokan Pulau Angso Duo, lebih baik jika berkunjung di hari hari biasa. Dengan kondisi yang sepi, pengunjung akan bisa sepuasnya menikmati pasir dan karang pantai yang putih. Semua bisa bebas dinikmati tanpa terganggu hiruk pikuk pengunjung yang lain. Serasa punya pantai pribadi.
|
Jalan setapak di Pulau Angso Duo |
Jika akhir pekan atau hari libur, maka Pulau Angso Duo yang kecil akan penuh dengan pengunjung. Lebaran kemarin ribuan orang tumpah ruah di seluruh sudut sudut pulau. Mereka bahkan sukarela menginap di cottage, mendirikan tenda, atau malah tidur di alam terbuka di bawah pohon kelapa. Tentu keindahan pulau cantik ini tidak lagi bisa dinikmati dengan nyaman.
Jangan lupa, jadwal kereta terakhir dari Pariaman ke Padang adalah pukul 16.20 WIB. Jika anda tidak ingin ketinggalan kereta, tidak ingin menginap di Pariaman, maka perhitungkan waktunya dengan baik. Jangan sampai karena kesulitan perahu untuk menyeberang, maka segala rencana jadi berantakan.
Bagikan
Antara Sibinuang dan Angso Duo
4/
5
Oleh
Tri Hartanto
silahkan masukkan komentar anda disini