Berawal dari keinginan beberapa teman untuk latihan bersama
di luar kota, maka akhirnya jadi juga PBSK (Persatuan Bulutangkis STAIN Kediri)
berkunjung ke
STAIN Purwokerto. Awalnya agak susah mengkoordinir teman-teman
yang berminat ikut, mengingat jauhnya tempat yang akan dikunjungi, kesibukan
keluarga, dll. Belum lagi menjelang akhir tahun gini biasanya ada saja
kesibukan yang harus di selesaikan.
Rencananya, kami berangkat dengan KA Logawa, dengan starting
point di stasiun Nganjuk jam 11.32. Jika lancar, maka kereta dijadwalkan tiba
di Purwokerto jam 18.20. Sementara pulangnya nanti kami akan naik KA Kahuripan,
relasi Bandung – Kediri. Karena KA Kahuripan tidak melewati Purwokerto, maka
kami akan naik dari stasiun Maos, sekitar 40 km dari Purwokerto.
Dengan menaiki bis kampus, sekitar pukul 11.00 kami tiba di
stasiun Nganjuk. Masih ada waktu beberapa saat sebelum kereta tiba, yang kami
manfaatkan untuk sekedar ngopi dan berbincang di warung depan stasiun. Kami
juga sempatkan untuk sholat Dhuhur dan Ashar berjamaah di musholla stasiun,
tepat beberapa menit sebelum kereta datang.
|
di emperan stasiun Nganjuk |
|
Menunggu kereta ke Purwokerto di stasiun Nganjuk |
Sesuai hasil pengecekan di tiket.com, ternyata semua kursi
di kereta ini SOLD OUT. Agak susah bagi kami untuk bisa menempati kursi sesuai
nomer di tiket, mengingat beberapa penumpang lain memaksa untuk tukar tempat
duduk, dengan alasan kumpul keluarga atau yang lainnya.
|
Karcis.....Karcis...... |
Tapi gak apa apalah,
yang penting kami semua bisa segera duduk dan menikmati makan siang dari bekal
yang dibawa. Cuaca mendung, bahkan hujan mulai turun selepas stasiun Paron,
membuat kami terkantuk-kantuk. Meskipun kereta ekonomi, tapi semburan enam set
AC di tiap gerbong sangat terasa menusuk.
Lepas Yogya, kondisi kereta mulai longgar. Kedatangan Munir
yang membawa kopi, teh, dan beragam makanan kecil membuat cerah suasana. Tanpa
terasa, kota demi kota di Jawa Tengah ini terus dilewati dalam guyuran hujan.
Wates, Purworejo, Kutoarjo, Gombong, Karanganyar, dan Kroya.
|
Tiba di stasiun Kroya |
Dalam keremangan
maghrib, masih terlihat bayangan jembatan kali Serayu dan terowongan Kebasen.
Hujan yang deras memaksa kami hanya bisa mengintip dari balik jendela.
Pukul 18.25, kereta memasuki stasiun Purwokerto, terlambat
lima menit dari jadwal. Bersama-sama kami beriringan keluar dari stasiun. Namun
setelah itu, kebingungan menyeruak ke dalam benak kami. Setelah ini mau kemana?
Ada yang jemput gak? Di kota yang asing, menjelang malam, dan disambut hujan
deras, membuat kami hanya terdiam di pojok stasiun.
Untungnya hal tersebut tidak berlangsung lama. Setelah
sholat maghrib di masjid ujung stasiun, kami dijemput oleh kawan-kawan dari
STAIN Purwokerto. Dengan satu bis kampus dan satu mobil Terios, kami segera
melaju meninggalkan stasiun.
Tujuan kami saat itu cuma satu, mencari makan buat ganjal
perut. Pak Sapuan, kasubag Umum STAIN Purwokerto, awalnya menawari kami makan
soto Sokaraja, di jalan Bank. Namun akhirnya kami berhenti di
Angkringan Kota Dotcom,
di sebelah stadion Satria.
|
Makan di angkringan Dot Com Purwokerto |
Entah karena memang lapar, atau karena hawa dinginnya hujan, kami segera makan dengan lahap. Tempe mendoan yang kami pesan pun segera saja tandas tak bersisa. Memang enak makan rame-rame begini, setelah seharian terkurung di gerbong kereta Logawa
|
Antri ambil makanan |
|
Makan dengan lahapnya di angkringan Dot Com |
Yang mengejutkan, ternyata kami sudah disiapkan hotel oleh
pihak tuan rumah sebagai tempat istirahat. Dengan terkejut, kami mencoba
mempertanyakan hal tersebut kepada pak Sapuan. Bagi kami, disediakan ruangan
dengan karpet atau tikar sudah cukup memadai. Sama sekali tidak terbayang jika
harus menginap di hotel.
Namun berbagai alasan kami tidak membuat tuan rumah
bergeming. Kami tetap diinapkan di hotel yang sudah dibooking sebelumnya, yaitu
di Baturraden. Dan bus pun kembali melaju ke atas, mendaki kaki gunung Slamet
menuju Baturraden.
Di tengah hujan deras dan tebalnya kabut, pukul 21.00 kami
sampai di hotel Kemuning, salah satu hotel di puncak lokasi wisata Baturraden. Ada
14 kamar yang sudah dibooking untuk kami, sementara kami hanya 23 orang. Akibatnya,
beberapa kamar hanya dihuni satu orang.
Malam itu kami berkumpul sebentar untuk briefing, menghadapi
pertandingan besok. Ada beberapa hal yang dibahas, terkait strategi dan etika
dalam bertanding. Hal ini menjadi penting, karena lawan bertanding besok
beberapa diataranya adalah Wakil Rektor I dan Wakil Rektor III. Belum ada
konfirmasi apakah pak Rektor ikut turun lapangan atau tidak.
|
Suasana pagi hari di hotel Kemuning Baturraden |
Subuh menjelang, beberapa teman sudah cangkruan di depan TV.
Menggeliat berselimut sarung, sambil menikmati susu jahe yang dijajakan ibu-ibu
secara berkeliling. Hujan makin menggila, dan kabut tebal menyelimuti wilayah
Baturraden. Hawa dingin yang menusuk ini membuat tidur makin terasa menggoda.
|
Hujan deras di Minggu pagi |
Sekitar pk 07.00, mas Yoppy yang menjadi driver bus datang,
dengan membawa kardus2 makanan. Belum lagi seember besar tempe mendoan yang
masih hangat, membuat kami menyambut dengan meriah. Benar-benar kami
diperlakukan sebagai tamu agung.
|
Sarapan sebelum bertanding |
Setelah sarapan, kami menyempatkan diri untuk berkeliling di
sekitar Baturraden. Ternyata lokawisata Baturraden hanya beberapa puluh meter
dari hotel kami. Pantesan kok pagi ini cukup ramai. Namun seperti biasa, tempat
yang kami kerubungi terlebih dahulu adalah toko kaos dan oleh2. Kondisi toko di
lokasi parkir bis tersebut masih sepi, karena memang hari masih pagi.
|
Mborong kaos di Baturraden |
Dalam kondisi fisik yang segar dan perut terisi penuh, kami
naik bis kampus bersama sama ke STAIN Purwokerto. Tidak terlalu lama ternyata,
perjalanan dari Baturraden ke kampus, karena memang searah. Dengan demikian, maka
kami tidak perlu berlama-lama menunggu di bis.
Di depan kantor pusat STAIN Purwokerto, kami sempat
berfoto-foto narsis. Nada kagum beberapa kali terlontar melihat kondisi STAIN
Purwokerto yang megah dan luas. Memang pantas rasanya jika STAIN Purwokerto
berubah jadi IAIN Purwokerto. Bangunan calon kantor pusat yang setengah jadi
juga membuat kagum dengan arsitektur dan kemegahan eksteriornya.
|
Photo narsis dulu |
Dengan pertimbangan lapangan yang lebih memadai, kami dijamu
di lapangan SMK Negeri, sebelah kampus. Lapangan bulutangkis disini lebih
memadai, dengan 3 line yang bisa dipakai bersamaan. Calon pemain yang akan
meladeni kami pun lebih beragam. Ada mahasiswa, dosen, pegawai. Ada mahasiswinya
juga, yang jika dilihat dari cara mengayunkan raket, rasanya kami harus
berpikir dua kali jika melawan dia nanti.
|
Briefing dan sambutan kedua belah pihak |
Menjelang pertandingan, ada sambutan singkat dari pak
Supriyanto selaku Wakil Rektor III, mewakili unsur pimpinan STAIN Purwokerto.
Intinya, beliau menyambut kami dengan hangat, dan minta maaf jika ada
kekurangan dalam penyambutan STAIN Purwokerto selaku tuan rumah. Suatu hal yang
menurut kami sudah berlebihan, melihat bagaimana kami sejauh ini diperlakukan
dengan begitu istimewa.
|
Mulai pertandingan |
Dan akhirnya...... dimulailah pertandingan sebagai acara
inti kunjungan kami ini. Silih berganti kemenangan dicapai kedua belah pihak. Keringat
yang gemobyos tak lagi dihiraukan. Teriakan dan sorakan mewarnai aula bergaya
tradisional itu. Sampai akhirnya sekitar pk 13.00 kami berkemas dan bersalaman
dengan pihak lawan, sebagai tanda persahabatan dan persaudaraan.
|
Atur strategi dulu..... |
|
Supporter yang tegang, menunggu hasil pertandingan |
Menjelang pulang, kami diminta oleh tuan rumah untuk kembali
ke kampus. Disana sudah menunggu pak Rektor dan jajaran Wakil Rektor, menyambut
kami untuk makan siang bersama. Dalam kesempatan tersebut, kami menyampaikan
banyak terima kasih atas sambutan yang luar biasa ini. Sekaligus mohon ijin
untuk pamit, karena nanti malam akan kembali ke Kediri dengan kereta Kahuripan.
|
Disambut hangat oleh Rektor IAIN Purwokerto |
|
Tukar Cindera mata |
Atas permintaan teman-teman, pulangnya kami sempat mampir di
toko oleh2 Sawangan 1. Di tempat ini, kami berburu mendoan sebagai oleh-oleh. Getuk
gedang yang masih panas pun menjadi buruan kami. Demikian pula nopia, sale, dan
beberapa jajanan lainnya. Asal ada tulisan PURWOKERTO, dianggap layak sebagai
oleh-oleh, sebagai bukti pernah datang ke kota itu.
|
Berebut bayar di kasir |
|
Mbak-mbak kasir yang cantik, tapi fasih bahasa ngapak-ngapak.... |
|
Getuk goreng fresh from friying pan |
Jam 16 kami kembali ke penginapan. Masih ada waktu sebentar untuk dolan ke Baturraden, sebelum tempat wisata tersebut tutup. Kesempatan itu kami manfaatkan untuk mandi air panas bersama-sama di Pancuran Telu. Segar rasanya, setelah seharian bergelut dengan raket dan chock.
|
Emplasemen stasiun Maos di malam hari |
Sesampainya di stasiun Maos, beberapa teman yang kelelahan
segera berbaring di lantai stasiun. Kereta yang ditunggu masih lama, jam 01.51.
Masih dua jam lagi. Saya dan beberapa orang lainnya asyik duduk-duduk di warung
kopi depan stasiun. Kedatangan pak Sapuan yang menyusul ke stasiun membuat
obrolan makin gayeng. Hujan yang deras mengguyur kota kecil Maos hanya membuat
kami masuk ke dalam warung kopi, dan tetap melanjutkan obrolan di dini hari
tersebut.
Bagikan
PBSK tour to STAIN Purwokerto
4/
5
Oleh
Tri Hartanto
6 komentar
Tulis komentarNarasinya Apik,,, tp kok getuk gedang tho ji?! kuwi khan makanan khas kediri.. :D
ReplySiippp ........... Indahnya Kebersamaan ........ kapan Touring lagi P Haji .....
ReplyO iya.
ReplyGetuk goreng maksudnya
peeech...aku ra duwe albume ki
Replypiye lek mrono maneh....cari CP ne ben ndang iso budal maneh
Replysilahkan masukkan komentar anda disini