Saturday, December 13, 2014

PBSK tour to STAIN Purwokerto

Berawal dari keinginan beberapa teman untuk latihan bersama di luar kota, maka akhirnya jadi juga PBSK (Persatuan Bulutangkis STAIN Kediri) berkunjung ke STAIN Purwokerto. Awalnya agak susah mengkoordinir teman-teman yang berminat ikut, mengingat jauhnya tempat yang akan dikunjungi, kesibukan keluarga, dll. Belum lagi menjelang akhir tahun gini biasanya ada saja kesibukan yang harus di selesaikan.

Rencananya, kami berangkat dengan KA Logawa, dengan starting point di stasiun Nganjuk jam 11.32. Jika lancar, maka kereta dijadwalkan tiba di Purwokerto jam 18.20. Sementara pulangnya nanti kami akan naik KA Kahuripan, relasi Bandung – Kediri. Karena KA Kahuripan tidak melewati Purwokerto, maka kami akan naik dari stasiun Maos, sekitar 40 km dari Purwokerto.

Dengan menaiki bis kampus, sekitar pukul 11.00 kami tiba di stasiun Nganjuk. Masih ada waktu beberapa saat sebelum kereta tiba, yang kami manfaatkan untuk sekedar ngopi dan berbincang di warung depan stasiun. Kami juga sempatkan untuk sholat Dhuhur dan Ashar berjamaah di musholla stasiun, tepat beberapa menit sebelum kereta datang.
di emperan stasiun Nganjuk


Menunggu kereta ke Purwokerto di stasiun Nganjuk

Sesuai hasil pengecekan di tiket.com, ternyata semua kursi di kereta ini SOLD OUT. Agak susah bagi kami untuk bisa menempati kursi sesuai nomer di tiket, mengingat beberapa penumpang lain memaksa untuk tukar tempat duduk, dengan alasan kumpul keluarga atau yang lainnya.

Karcis.....Karcis......

Tapi gak apa apalah, yang penting kami semua bisa segera duduk dan menikmati makan siang dari bekal yang dibawa. Cuaca mendung, bahkan hujan mulai turun selepas stasiun Paron, membuat kami terkantuk-kantuk. Meskipun kereta ekonomi, tapi semburan enam set AC di tiap gerbong sangat terasa menusuk.

Lepas Yogya, kondisi kereta mulai longgar. Kedatangan Munir yang membawa kopi, teh, dan beragam makanan kecil membuat cerah suasana. Tanpa terasa, kota demi kota di Jawa Tengah ini terus dilewati dalam guyuran hujan. Wates, Purworejo, Kutoarjo, Gombong, Karanganyar, dan Kroya.
Tiba di stasiun Kroya

Dalam keremangan maghrib, masih terlihat bayangan jembatan kali Serayu dan terowongan Kebasen. Hujan yang deras memaksa kami hanya bisa mengintip dari balik jendela.

Pukul 18.25, kereta memasuki stasiun Purwokerto, terlambat lima menit dari jadwal. Bersama-sama kami beriringan keluar dari stasiun. Namun setelah itu, kebingungan menyeruak ke dalam benak kami. Setelah ini mau kemana? Ada yang jemput gak? Di kota yang asing, menjelang malam, dan disambut hujan deras, membuat kami hanya terdiam di pojok stasiun.

Untungnya hal tersebut tidak berlangsung lama. Setelah sholat maghrib di masjid ujung stasiun, kami dijemput oleh kawan-kawan dari STAIN Purwokerto. Dengan satu bis kampus dan satu mobil Terios, kami segera melaju meninggalkan stasiun.

Tujuan kami saat itu cuma satu, mencari makan buat ganjal perut. Pak Sapuan, kasubag Umum STAIN Purwokerto, awalnya menawari kami makan soto Sokaraja, di jalan Bank. Namun akhirnya kami berhenti di Angkringan Kota Dotcom, di sebelah stadion Satria.
Makan di angkringan Dot Com Purwokerto
 Entah karena memang lapar, atau karena hawa dinginnya hujan, kami segera makan dengan lahap. Tempe mendoan yang kami pesan pun segera saja tandas tak bersisa. Memang enak makan rame-rame begini, setelah seharian terkurung di gerbong kereta Logawa

Antri ambil makanan

Makan dengan lahapnya di angkringan Dot Com

Yang mengejutkan, ternyata kami sudah disiapkan hotel oleh pihak tuan rumah sebagai tempat istirahat. Dengan terkejut, kami mencoba mempertanyakan hal tersebut kepada pak Sapuan. Bagi kami, disediakan ruangan dengan karpet atau tikar sudah cukup memadai. Sama sekali tidak terbayang jika harus menginap di hotel.

Namun berbagai alasan kami tidak membuat tuan rumah bergeming. Kami tetap diinapkan di hotel yang sudah dibooking sebelumnya, yaitu di Baturraden. Dan bus pun kembali melaju ke atas, mendaki kaki gunung Slamet menuju Baturraden.

Di tengah hujan deras dan tebalnya kabut, pukul 21.00 kami sampai di hotel Kemuning, salah satu hotel di puncak lokasi wisata Baturraden. Ada 14 kamar yang sudah dibooking untuk kami, sementara kami hanya 23 orang. Akibatnya, beberapa kamar hanya dihuni satu orang.

Malam itu kami berkumpul sebentar untuk briefing, menghadapi pertandingan besok. Ada beberapa hal yang dibahas, terkait strategi dan etika dalam bertanding. Hal ini menjadi penting, karena lawan bertanding besok beberapa diataranya adalah Wakil Rektor I dan Wakil Rektor III. Belum ada konfirmasi apakah pak Rektor ikut turun lapangan atau tidak.

Suasana pagi hari di hotel Kemuning Baturraden
Subuh menjelang, beberapa teman sudah cangkruan di depan TV. Menggeliat berselimut sarung, sambil menikmati susu jahe yang dijajakan ibu-ibu secara berkeliling. Hujan makin menggila, dan kabut tebal menyelimuti wilayah Baturraden. Hawa dingin yang menusuk ini membuat tidur makin terasa menggoda.
Hujan deras di Minggu pagi
Sekitar pk 07.00, mas Yoppy yang menjadi driver bus datang, dengan membawa kardus2 makanan. Belum lagi seember besar tempe mendoan yang masih hangat, membuat kami menyambut dengan meriah. Benar-benar kami diperlakukan sebagai tamu agung.

Sarapan sebelum bertanding

Setelah sarapan, kami menyempatkan diri untuk berkeliling di sekitar Baturraden. Ternyata lokawisata Baturraden hanya beberapa puluh meter dari hotel kami. Pantesan kok pagi ini cukup ramai. Namun seperti biasa, tempat yang kami kerubungi terlebih dahulu adalah toko kaos dan oleh2. Kondisi toko di lokasi parkir bis tersebut masih sepi, karena memang hari masih pagi.

Mborong kaos di Baturraden

Dalam kondisi fisik yang segar dan perut terisi penuh, kami naik bis kampus bersama sama ke STAIN Purwokerto. Tidak terlalu lama ternyata, perjalanan dari Baturraden ke kampus, karena memang searah. Dengan demikian, maka kami tidak perlu berlama-lama menunggu di bis.

Di depan kantor pusat STAIN Purwokerto, kami sempat berfoto-foto narsis. Nada kagum beberapa kali terlontar melihat kondisi STAIN Purwokerto yang megah dan luas. Memang pantas rasanya jika STAIN Purwokerto berubah jadi IAIN Purwokerto. Bangunan calon kantor pusat yang setengah jadi juga membuat kagum dengan arsitektur dan kemegahan eksteriornya.

Photo narsis dulu
Dengan pertimbangan lapangan yang lebih memadai, kami dijamu di lapangan SMK Negeri, sebelah kampus. Lapangan bulutangkis disini lebih memadai, dengan 3 line yang bisa dipakai bersamaan. Calon pemain yang akan meladeni kami pun lebih beragam. Ada mahasiswa, dosen, pegawai. Ada mahasiswinya juga, yang jika dilihat dari cara mengayunkan raket, rasanya kami harus berpikir dua kali jika melawan dia nanti.

Briefing dan sambutan kedua belah pihak
Menjelang pertandingan, ada sambutan singkat dari pak Supriyanto selaku Wakil Rektor III, mewakili unsur pimpinan STAIN Purwokerto. Intinya, beliau menyambut kami dengan hangat, dan minta maaf jika ada kekurangan dalam penyambutan STAIN Purwokerto selaku tuan rumah. Suatu hal yang menurut kami sudah berlebihan, melihat bagaimana kami sejauh ini diperlakukan dengan begitu istimewa.

Mulai pertandingan
Dan akhirnya...... dimulailah pertandingan sebagai acara inti kunjungan kami ini. Silih berganti kemenangan dicapai kedua belah pihak. Keringat yang gemobyos tak lagi dihiraukan. Teriakan dan sorakan mewarnai aula bergaya tradisional itu. Sampai akhirnya sekitar pk 13.00 kami berkemas dan bersalaman dengan pihak lawan, sebagai tanda persahabatan dan persaudaraan.

Atur strategi dulu.....

Supporter yang tegang, menunggu hasil pertandingan

Menjelang pulang, kami diminta oleh tuan rumah untuk kembali ke kampus. Disana sudah menunggu pak Rektor dan jajaran Wakil Rektor, menyambut kami untuk makan siang bersama. Dalam kesempatan tersebut, kami menyampaikan banyak terima kasih atas sambutan yang luar biasa ini. Sekaligus mohon ijin untuk pamit, karena nanti malam akan kembali ke Kediri dengan kereta Kahuripan.

Disambut hangat oleh Rektor IAIN Purwokerto

Tukar Cindera mata
Atas permintaan teman-teman, pulangnya kami sempat mampir di toko oleh2 Sawangan 1. Di tempat ini, kami berburu mendoan sebagai oleh-oleh. Getuk gedang yang masih panas pun menjadi buruan kami. Demikian pula nopia, sale, dan beberapa jajanan lainnya. Asal ada tulisan PURWOKERTO, dianggap layak sebagai oleh-oleh, sebagai bukti pernah datang ke kota itu.

Berebut bayar di kasir

Mbak-mbak kasir yang cantik, tapi fasih bahasa ngapak-ngapak....

Getuk goreng fresh from friying pan
Jam 16 kami kembali ke penginapan. Masih ada waktu sebentar untuk dolan ke Baturraden, sebelum tempat wisata tersebut tutup. Kesempatan itu kami manfaatkan untuk mandi air panas bersama-sama di Pancuran Telu. Segar rasanya, setelah seharian bergelut dengan raket dan chock.

Pancuran telu dari atas

Narsis di pinggir sungai



Malam harinya, kami diantar oleh mas Yoppi dengan bus kampusnya ke stasiun Maos. Baturraden ke Maos yang lebih dari 60 km ditempuh dalam waktu 1,5 jam. Cukup lama, membuat kami terkantuk-kantuk di dalam bus.

stasiun Maos 

Emplasemen stasiun Maos di malam hari

Sesampainya di stasiun Maos, beberapa teman yang kelelahan segera berbaring di lantai stasiun. Kereta yang ditunggu masih lama, jam 01.51. Masih dua jam lagi. Saya dan beberapa orang lainnya asyik duduk-duduk di warung kopi depan stasiun. Kedatangan pak Sapuan yang menyusul ke stasiun membuat obrolan makin gayeng. Hujan yang deras mengguyur kota kecil Maos hanya membuat kami masuk ke dalam warung kopi, dan tetap melanjutkan obrolan di dini hari tersebut.

ambruk kecapekan di peron stasiun Maos

Posisi wueenakkk.....

tanpa ekspresi......kelelahan....
Pukul 02.05, kereta Kahuripan yang ditunggu masuk sepur 2. Kami yang kelelahan segera mencari tempat duduk sesuai dengan nomer kursi masing-masing. Berbeda dengan keberangkatan kemarin yang banyak kami isi dengan guyonan dan ngobrol gak karuan, kali ini tak ada suara yang mengiringi perjalanan kereta. Semua terlelap dalam mimpi, dan berharap segera bisa sampai kembali ke Kediri. 

Bagikan

Jangan lewatkan

PBSK tour to STAIN Purwokerto
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.

5 komentar

Tulis komentar
avatar
December 13, 2014 at 4:35 PM

Narasinya Apik,,, tp kok getuk gedang tho ji?! kuwi khan makanan khas kediri.. :D

Reply
avatar
December 13, 2014 at 4:38 PM This comment has been removed by the author.
avatar
December 13, 2014 at 4:40 PM

Siippp ........... Indahnya Kebersamaan ........ kapan Touring lagi P Haji .....

Reply
avatar
Anonymous
March 8, 2023 at 7:44 AM

peeech...aku ra duwe albume ki

Reply

silahkan masukkan komentar anda disini