Pada musim haji 1435 H ini mulai ramai
diberitakan tentang jamaah yang berangkat ke tanah suci. Macam-macam barang
bawaan mereka, mulai dari yang umum dibawa orang bepergian, sampai yang
dilarang dalam penerbangan. Dalam urusan makanan, banyak juga yang sengaja
membawa bekal makanan dari rumah, yang kira-kira tidak ada di tanah suci nanti.
Ada sambal, terasi, mie instant, bahkan beras.
Sesungguhnya, tidak ada alasan bagi
siapapun untuk takut tidak bisa makan di tanah suci nanti. Ada banyak tersedia
makanan aneka rasa yang bisa dibeli di sana. Dengan mudah kita bisa menemukan indomie, mie sedap, kecap, dan
lain-lain di toko pinggir jalan. Mau langsung makan? Ada banyak warung makan
dadakan yang siap melayani dengan menu Indonesia banget.
Pasar di salah satu sudut kota Mekkah |
Jika itu dirasa masih mahal, kita bisa beli
makanan eceran pada penjual keliling di depan maktab. Lagi-lagi yang jual
biasanya orang Madura J. Tempe 1 potong 1 riyal, nasi putih 1 riyal, sayur 1 bungkus 1
riyal. Pokoknya serba 1 riyal. Atau bisa juga beli satu paket nasi lengkap dengan sayur dan lauknya, cuma 5 riyal. Hanya biasanya rasanya ya seadanya........ Gak ngalor gak ngidul!
Berebut membeli paket nasi murah meriah |
Kebiasaan di tanah air untuk berbelanja di
pasar habis subuh rupanya juga terbawa sampai di sana. Selepas sholat di
masjid, kaum ibu segera menyerbu pasar terdekat. Dan peluang ini dimanfaatkan
oleh warga lokal, dengan membuka stand dagangan di pinggir jalan. Ramai sekali
orang berebut membeli, hingga tak jarang gak sampai 30 menit dagangan mereka
pun ludes. Yang tidak kebagian terpaksa membeli toko swalayan dengan harga yang
lebih mahal.
Suasana pasar kaget setelah sholat Subuh |
Bagi yang tidak sempat masak dan terpaksa
makan di luar, banyak pilihan yang bisa diambil. Di samping warung makan lokal
Indonesia seperti diatas, banyak juga tersedia RM ala India, ala Arab,
disamping franchise modern seperti KFC, McD, dan lainnya. Saya sendiri sering
beli nasi Kebuli, nasi dengan citarasa rempah-rempah, dan ditambah 1-2 potong
ayam. Rasanya meriah, gurih, dan yang terpenting kenyang di perut.
Memasak daging di pinggir jalan |
RM ala timur tengah juga tak kalah enaknya.
Menu utama biasanya ayam dan beberapa potong kentang. Rasanya luar biasa,
sehingga saya bela-belain antri dengan orang-orang Arab itu. Waktu pesan pun
cuma pakai bahasa isyarat seadanya. Yang penting makanan didapat, dan harga
dibayar pas.
Untuk makanan ringan di sela-sela ibadah di
masjid, saya biasa beli kebab. Saya suka cara menjualnya, dengan cara mengiris
tipis daging yang diputar-putar itu. Makanan daging panggang berbumbu itu cukup menggugah selera, apalagi
ditambah sayuran segar dan ditaburi mayonais dan saus.
Urusan minum, banyak pilihannya. Yang umum
ada adalah penjual teh susu di pinggir jalan. Dengan 2 riyal, kita sudah bisa
mendapat segelas teh susu panas yang siap diminum.
Penjual teh susu di pinggir jalan |
Kita juga dengan mudah bisa
beli jus kemasan di toko terdekat. Aneka jus tersedia disana, dengan rasa yang
manis dan pekat. Susu kemasan yang siap minum juga banyak tersedia dengan harga
yang bervariasi. Namun yang paling
saya suka adalah juz mangga merk al marai. Saya biasa beli juz yang terbuat dari
mangga India tersebut dalam kemasan 200 ml. Rasa manisnya pas, dan serat-serat
mangganya sangat terasa.
Soal buah-buahan, Arab Saudi rasanya adalah
surga bagi pecinta buah. Aneka macam buah tersedia di sana, dijual oleh
pedagang di banyak tempat. Kualitasnya super, harganya pun relatif terjangkau. Pisang misalnya. Buah
yang diimport dari Thailand tersebut dihargai 4 riyal per kilonya. Apel
washington yang merah merona itu pun dihargai kurang lebih sama. Bagi yang
merasa itu masih mahal, tersedia juga buah dengan kualitas dibawahnya, atau
KW2. Harganya pun tentu lebih murah lagi.
Pedagang buah kaki lima |
Bagi kita yang tidak sempat belanja, entah
karena sibuk ibadah atau karena uangnya menipis, (J)
tidak berarti rejeki kita tidak bisa menikmati semua itu. Ada saja orang yang
bersedekah, dan memberi kita makanan dan
minuman. Entah itu satu paket makanan berisi roti dan jus, atau sebungkus buah,
atau malah sekotak nasi, selalu ada di banyak kesempatan. Pernah saya dan
beberapa orang sedang duduk-duduk di depan maktab, tiba-tiba ada satu mobil
yang berhenti di depan kami. Sopirnya kemudian turun, dan membagi-bagikan
sedekah kepada kami. Isinya macam-macam, roti, buah-buahan, jus, air mineral.
“Haji….haji…..Halal…!”, katanya kepada kami. Tentu saja kami pun menyambut dengan
meriah.
Bicara soal sedekah, rasanya kita patut iri
dengan keikhlasan orang sana. Semua orang rasanya berlomba-lomba untuk
bersedekah, khususnya pada musim haji. Bagi yang tidak mampu, bersedekah cukup
beberapa kotak makanan. Namun bagi yang lebih kaya, membagi sedekah sampai satu
mobil rasanya sudah biasa ada. Saya sendiri beberapa kali melihat ada truk
kontainer berhenti di pinggir jalan. Isinya penuh makanan dan minuman, yang
kemudian dibagi pada orang-orang yang lewat.
Namun saya juga pernah melihat, selepas
pulang dari masjid, ada seorang tua menunggu di tikungan jalan. Di depannya ada
sebakul nasi kebuli dan satu ekor ayam untuk disedekahkan. Tiap kali ada orang
lewat, dia menyendok sebungkus nasi dan sepotong ayam, dan diberikan pada yang
lewat. Begitu seterusnya.
Nah, mengetahui ada pembagian makanan
gratis tersebut, beberapa jamaah haji Indonesia segera mengerumuni orang tua
tersebut. Tak sabar menunggu makanan selesai diracik, beberapa orang segera
merangsek dan merebut ayam yang masih tersisa. Akhirnya, orang tua itu hanya
terbengong melihat ayam sedekahnya habis, sementara nasinya masih tersisa cukup
banyak. Duh…..
Batinku, Indonesia kok dilawan……..!
Khusus untuk waktu ritual haji di Armina, makanan jamaah haji ditanggung oleh pemerintah. Jamaah tidak perlu membeli di luar, tetapi cukup mengantri di tenda masing-masing. Biasanya jumlahnya cukup, sehingga tidak perlu khawatir kehabisan. Bahkan pada hari terakhir di Mina, seringkali malah berlebihan. Hal ini karena banyak jamaah haji yang mengambil nafar awal dibanding nafar tsani. Akibatnya banyak yang tersisa dan basi, hingga harus dibuang.
Penjual gorengan di Mina |
Sedekah juga melimpah ruah saat Armina ini. Orang seperti berlomba-lomba memberi sedekah pada jamaah haji. Buah-buahan, juz, susu, roti, bahkan es krim, bisa kita ambil sesukanya pada saat itu. Menikmati es krim di tengah gurun pasir Arafah rasanya sungguh suatu karunia Allah yang tak terhingga.....
Wanita Afghanistan penjual pashmina di pinggir jalan |
Bagikan
Menikmati Kuliner di Musim Haji
4/
5
Oleh
Tri Hartanto
silahkan masukkan komentar anda disini