Friday, September 12, 2014

Menikmati Kuliner di Musim Haji

Pada musim haji 1435 H ini mulai ramai diberitakan tentang jamaah yang berangkat ke tanah suci. Macam-macam barang bawaan mereka, mulai dari yang umum dibawa orang bepergian, sampai yang dilarang dalam penerbangan. Dalam urusan makanan, banyak juga yang sengaja membawa bekal makanan dari rumah, yang kira-kira tidak ada di tanah suci nanti. Ada sambal, terasi, mie instant, bahkan beras.

Sesungguhnya, tidak ada alasan bagi siapapun untuk takut tidak bisa makan di tanah suci nanti. Ada banyak tersedia makanan aneka rasa yang bisa dibeli di sana. Dengan mudah kita bisa menemukan indomie, mie sedap, kecap, dan lain-lain di toko pinggir jalan. Mau langsung makan? Ada banyak warung makan dadakan yang siap melayani dengan menu Indonesia banget.

Pasar di salah satu sudut kota Mekkah
Disebut dadakan, karena warung ini hanya buka di musim haji. Di luar waktu itu, warung itu tutup. Pelayannya juga orang Indonesia, kebanyakan dari suku Madura, sehingga citarasanya juga terjamin. Harganya murah, dan porsinya jumbo. Misalnya, sepiring nasi dengan sayur kacang panjang atau pare, dengan lauk ayam, cukup bayar 12 riyal. Itupun bisa dimakan untuk dua orang karena porsinya yang jumbo. Dengan kurs Rp 2.500/riyal, maka rasanya harga tersebut masih wajar.

Jika itu dirasa masih mahal, kita bisa beli makanan eceran pada penjual keliling di depan maktab. Lagi-lagi yang jual biasanya orang Madura J. Tempe 1 potong 1 riyal, nasi putih 1 riyal, sayur 1 bungkus 1 riyal. Pokoknya serba 1 riyal. Atau bisa juga beli satu paket nasi lengkap dengan sayur dan lauknya, cuma 5 riyal. Hanya biasanya rasanya ya seadanya........ Gak ngalor gak ngidul!

Berebut membeli paket nasi murah meriah
Kebiasaan di tanah air untuk berbelanja di pasar habis subuh rupanya juga terbawa sampai di sana. Selepas sholat di masjid, kaum ibu segera menyerbu pasar terdekat. Dan peluang ini dimanfaatkan oleh warga lokal, dengan membuka stand dagangan di pinggir jalan. Ramai sekali orang berebut membeli, hingga tak jarang gak sampai 30 menit dagangan mereka pun ludes. Yang tidak kebagian terpaksa membeli toko swalayan dengan harga yang lebih mahal.

Suasana pasar kaget setelah sholat Subuh
Bagi yang tidak sempat masak dan terpaksa makan di luar, banyak pilihan yang bisa diambil. Di samping warung makan lokal Indonesia seperti diatas, banyak juga tersedia RM ala India, ala Arab, disamping franchise modern seperti KFC, McD, dan lainnya. Saya sendiri sering beli nasi Kebuli, nasi dengan citarasa rempah-rempah, dan ditambah 1-2 potong ayam. Rasanya meriah, gurih, dan yang terpenting kenyang di perut.

Memasak daging di pinggir jalan
RM ala timur tengah juga tak kalah enaknya. Menu utama biasanya ayam dan beberapa potong kentang. Rasanya luar biasa, sehingga saya bela-belain antri dengan orang-orang Arab itu. Waktu pesan pun cuma pakai bahasa isyarat seadanya. Yang penting makanan didapat, dan harga dibayar pas.

Untuk makanan ringan di sela-sela ibadah di masjid, saya biasa beli kebab. Saya suka cara menjualnya, dengan cara mengiris tipis daging yang diputar-putar itu. Makanan daging panggang berbumbu itu cukup menggugah selera, apalagi ditambah sayuran segar dan ditaburi mayonais dan saus.

Urusan minum, banyak pilihannya. Yang umum ada adalah penjual teh susu di pinggir jalan. Dengan 2 riyal, kita sudah bisa mendapat segelas teh susu panas yang siap diminum. 

Penjual teh susu di pinggir jalan
Kita juga dengan mudah bisa beli jus kemasan di toko terdekat. Aneka jus tersedia disana, dengan rasa yang manis dan pekat. Susu kemasan yang siap minum juga banyak tersedia dengan harga yang bervariasi. Namun yang paling saya suka adalah juz mangga merk al marai. Saya biasa beli juz yang terbuat dari mangga India tersebut dalam kemasan 200 ml. Rasa manisnya pas, dan serat-serat mangganya sangat terasa.

Soal buah-buahan, Arab Saudi rasanya adalah surga bagi pecinta buah. Aneka macam buah tersedia di sana, dijual oleh pedagang di banyak tempat. Kualitasnya super, harganya pun  relatif terjangkau. Pisang misalnya. Buah yang diimport dari Thailand tersebut dihargai 4 riyal per kilonya. Apel washington yang merah merona itu pun dihargai kurang lebih sama. Bagi yang merasa itu masih mahal, tersedia juga buah dengan kualitas dibawahnya, atau KW2. Harganya pun tentu lebih murah lagi.

Pedagang buah kaki lima
Bagi kita yang tidak sempat belanja, entah karena sibuk ibadah atau karena uangnya menipis, (J) tidak berarti rejeki kita tidak bisa menikmati semua itu. Ada saja orang yang bersedekah, dan memberi kita  makanan dan minuman. Entah itu satu paket makanan berisi roti dan jus, atau sebungkus buah, atau malah sekotak nasi, selalu ada di banyak kesempatan. Pernah saya dan beberapa orang sedang duduk-duduk di depan maktab, tiba-tiba ada satu mobil yang berhenti di depan kami. Sopirnya kemudian turun, dan membagi-bagikan sedekah kepada kami. Isinya macam-macam, roti, buah-buahan, jus, air mineral. “Haji….haji…..Halal…!”, katanya kepada kami. Tentu saja kami pun menyambut dengan meriah.

Bicara soal sedekah, rasanya kita patut iri dengan keikhlasan orang sana. Semua orang rasanya berlomba-lomba untuk bersedekah, khususnya pada musim haji. Bagi yang tidak mampu, bersedekah cukup beberapa kotak makanan. Namun bagi yang lebih kaya, membagi sedekah sampai satu mobil rasanya sudah biasa ada. Saya sendiri beberapa kali melihat ada truk kontainer berhenti di pinggir jalan. Isinya penuh makanan dan minuman, yang kemudian dibagi pada orang-orang yang lewat.

Namun saya juga pernah melihat, selepas pulang dari masjid, ada seorang tua menunggu di tikungan jalan. Di depannya ada sebakul nasi kebuli dan satu ekor ayam untuk disedekahkan. Tiap kali ada orang lewat, dia menyendok sebungkus nasi dan sepotong ayam, dan diberikan pada yang lewat. Begitu seterusnya.

Nah, mengetahui ada pembagian makanan gratis tersebut, beberapa jamaah haji Indonesia segera mengerumuni orang tua tersebut. Tak sabar menunggu makanan selesai diracik, beberapa orang segera merangsek dan merebut ayam yang masih tersisa. Akhirnya, orang tua itu hanya terbengong melihat ayam sedekahnya habis, sementara nasinya masih tersisa cukup banyak. Duh…..

Batinku, Indonesia kok dilawan……..!

Khusus untuk waktu ritual haji di Armina, makanan jamaah haji ditanggung oleh pemerintah. Jamaah tidak perlu membeli di luar, tetapi cukup mengantri di tenda masing-masing. Biasanya jumlahnya cukup, sehingga tidak perlu khawatir kehabisan. Bahkan pada hari terakhir di Mina, seringkali malah berlebihan. Hal ini karena banyak jamaah haji yang mengambil nafar awal dibanding nafar tsani. Akibatnya banyak yang tersisa dan basi, hingga harus dibuang.

Penjual gorengan di Mina
Sedekah juga melimpah ruah saat Armina ini. Orang seperti berlomba-lomba memberi sedekah pada jamaah haji. Buah-buahan, juz, susu, roti, bahkan es krim, bisa kita ambil sesukanya pada saat itu. Menikmati es krim di tengah gurun pasir Arafah rasanya sungguh suatu karunia Allah yang tak terhingga.....

Wanita Afghanistan penjual pashmina di pinggir jalan

Bagikan

Jangan lewatkan

Menikmati Kuliner di Musim Haji
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.

silahkan masukkan komentar anda disini