Monday, July 7, 2014

Kunjungan Yang Fenomenal di Tumpakdoro

Menindaklanjuti program monitoring dan evaluasi KKN di STAIN Kediri, hari ini, Sabtu (5/7), saya berencana berkunjung lagi ke beberapa posko KKN. Bersama Dr Anis Humaidi, kami berencana mengunjungi posko KKN teratas di desa Pamongan, yaitu #KKN27 dan #KKN28. Karena posko yang akan dikunjungi terletak di daerah yang cukup terpencil, maka sengaja kami tidak memakai kendaraan roda empat. Kami lebih memilih memakai sepeda motor agar bisa melewati jalan-jalan terjal di kampung Tumpakdoro.

Setelah sekitar satu jam perjalanan naik motor, akhirnya kami sampai di desa Pamongan. Sampai disini jalanan masih cukup bersahabat. Beraspal halus dan tidak terlalu mendaki. Namun begitu sampai di dusun Karangdoro, jalanan menjadi terjal mendaki dan penuh dengan batu-batu besar. Beruntung kami cukup terbantu dengan adanya penunjuk arah ke posko KKN28, yang dibuat secara sederhana oleh mahasiswa KKN. Dari jalan utama di Karangdoro, kami berbelok ke sebuah jalan alternatif ke kiri. Jalan alternatif tersebut memang masih terjal, namun setidaknya cukup mulus karena terbuat dari beton cor.


Lepas dari dusun Karangdoro dan memasuki dusun Tumpakdoro, jalanan rusak kembali terbentang. Tidak terbayang bagaimana warga sehari-hari harus beraktivitas dengan kondisi jalan yang sedemikian. Tidak terbayang juga bagaimana mahasiswa KKN harus menyesuaikan diri dengan kondisi tersebut. Infrastruktur jalan yang mendaki hanya dibalut dengan bebatuan makadam yang mulai rusak sana sini. Jika hujan, jalan-jalan desa tersebut dipastikan akan menjadi kali deras yang sangat licin untuk dilalui.

Berbeda dengan kebanyakan posko KKN yang aku kunjungi, posko #KKN28 ternyata menghuni sebuah rumah sederhana di ujung kampung. Begitu sederhananya, sehingga tidak langsung terlihat dari jalan, tertutup oleh rimbunnya pepohonan. Kita harus terus mendaki jalanan berbatu sampai ujung, baru kemudian belok kanan memasuki halaman rumah.

Saya sempat khawatir, dengan berbagai keterbatasan yang ada, bagaimana kondisi mahasiswa yang KKN disitu? Karena mereka pada umumnya adalah mahasiswa yang terbiasa hidup berkecukupan di kota. Mereka juga terbiasa hidup dengan media sosial dan koneksi internet yang cukup. Dan kini mereka harus tinggal selama 40 hari di tempat seterpencil itu.

P Anis Humaidi berbincang dengan para mahasiswa di posko KKN28

Namun rupanya kekhawatiranku tidak beralasan. Wajah-wajah para mahasiswa yang menyambut kami cukup ceria. Sama sekali tidak menampakkan rasa bosan atau jenuh atau ingin pulang. Begitu pula dengan wajah-wajah lima orang mahasiswa yang baru pulang dari mencari kayu bakar, terlihat masih segar. Lelah memang terlihat di wajah mereka, namun semua nampak bersemangat ketika tahu sedang dijenguk oleh dosen pembimbing mereka.

Pulang dari mencari kayu bakar

Salah satu program unggulan mahasiswa KKN28 disini adalah Taman Bacaan Masyarat (TBM). Program tersebut intinya adalah membuat taman bacaan bagi masyarakat sekitar, khususnya anak-anak, dengan buku-buku sumbangan dari para Blogger nasional. Dengan adanya program ini, diharapkan bisa menumbuhkan minat baca di kalangan anak-anak sejak dini, sekaligus memutus rantai keterpencilan masyarakat Tumpakdoro dengan dunia luar.

Tutut dan Taman Bacaan Masyarakat yang dirintisnya

Siapa sangka, bahwa diantara para mahasiswa KKN yang menghuni desa terpencil itu, tinggal seorang blogger keren yang prestasinya telah menasional. Dia adalah Tutut Indah Widyawati, mahasiswa Prodi Bahasa Inggris angkatan 2011. Dia juga yang mempelopori berdirinya Taman Bacaan Masyarakat, bekerjasama dengan komunitas blogger yang diikutinya. Suatu kehormatan kali ini aku bisa bertemu, ngobrol, dan berbagi ilmu dengannya. Kreativitas Tutut juga patut diacungi jempol, dengan mendokumentasikan aktivitas #KKN28 secara virtual dari hari ke hari dalam suatu blog tersendiri di tumpakdoro.blogspot.com

Bersama sama dengan para mahasiswa di depan posko

Tumpakdoro memang fenomenal. Dengan segala keterbatasan dan keterpencilan wilayah, sama sekali tidak mengurangi gurat pesona kecantikan alamnya. Penduduknya yang ramah, alamnya yang masih asri, dan segala kelebihan alaminya, membuat tempat ini seperti secuil surga yang terbuang ke bumi. Barangkali jika infrastruktur jalan dibenahi, akan makin banyak masyarakat yang berkunjung ke sini. Karena bagaimanapun potensi wisata alamnya masih amat menjanjikan. Air  terjun Parijoto, misalnya. Sejauh ini air terjun yang relatif masih baru ditemukan ini hanya bisa diakses melalui perkampungan tumpakdoro. Itupun harus ditempuh dengan dua jam berjalan kaki dari Tumpakdoro.

Woro-woro di posko KKN27



Bagikan

Jangan lewatkan

Kunjungan Yang Fenomenal di Tumpakdoro
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.

silahkan masukkan komentar anda disini